Refleksi 100 Tahun Bruder MTB Dalam Karya

Estimated read time 10 min read

 MENYELAMI SEMANGAT DAN KEUTAMAAN PARA BRUDER – BRUDER MTB

Sebuah refleksi

(Menyambut 100 Tahun Bruder MTB di Indonesia. 1921 – 2021).

 Br. B. Sukasta, MTB

Demi Kemuliaan Allah Dalam Persaudaraan Injili.

Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder (YPSB) adalah Lembaga Pendidikan Katolik yang menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal yang bersifat keagamaan, sosial dan kemanusiaan dengan memberikan pelayanan yang memberdayakan kepada mereka yang miskin dan lemah khususnya pembinaan kaum muda yang berkesinambungan dan yang sesuai dengan arah serta tujuan karya Yayasan Sekolah Bruder.

Kegiatan tersebut  merupakan  bentuk partisipasi yayasan dalam  upaya   mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Kegiatan partisipasi ini menjunjung tinggi tiga hal pokok sebagai acuan pengelolaan pendidikan sesuai dengan Nota Pastoral Tentang Pendidikan sebagai kekhasan dan inti pendidikan Katolik, yaitu: Setia pada usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, Setia pada Ketentuan dan Ajaran  Gereja, dan Setia pada Semangat Luhur (Spiritualitas) Pendiri.  Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang integral dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. (Nota Pastoral 2008:7-8).

Dalam karya kerasulan, YPSB dijiwai oleh semangat “Menjadi Hamba Tuhan Demi Kemuliaan Allah Dalam Persaudaraan Injili dan dalam kesederhanaan – kepecayaan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia”. YPSB memberikan pelayanan yang memberdayakan yang miskin dan lemah khusunya kaum muda.

Pembinaan Kaum Muda.

 Di Belanda Sejak awal, tahun 1800 an,   para   bruder Maria Tidak Bernoda (MTB)  memiliki   perhatian yang tinggi  pada kaum muda. Perhatian pada yang muda telah dilakukan oleh para bruder waktu itu  dengan  “mengambil tindakan tegas untuk memberantas kenakalan di jalan dan ladang – ladang”… sedangkan di luar sekolah tentu saja selain asrama,   para bruder mengembangkan karya kepemudaan seperti : Pramuka, ‘Jonge Wacht’ dan Koor Gereja. Di Indonesia  para bruder sejak awal  kehadirannya tahun  1900an tetap memperhatikan   kaum muda dengan menangani asrama dan sekolah/pendidikan formal. Sekolah-sekolah tersebut  misalnya ‘Hollans Chinese School (HCS)’ dan Sekolah berbahasa Cina di Singkawang (Rob Wolf dalam Huijbergen Dan Ujung-ujung Dunia, 2004:162).

Nampaknya perhatian para bruder MTB pada kaum muda berkesinambungan, menjadi perhatian dari awal sampai saat ini.

Tahun 1950 an sampai tahun 1960 an kongregasi bruder MTB di Belanda berkembang, saat itu Sekolah Dasar (SD) ada 27 unit  dan Sekolah Menengah Pertema (SMP) 5 unit. Tidak lama bertahan karena  sejak tahun 1970 an beberapa rumah biara/komunitas  di Belanda ditutup dengan dampak   karya-karya sekolah  kemudian juga tutup, karena berbagai alasan. Menjelang akhir tahun 1900 an dan awal tahun 2000 an para bruder tidak lagi menangani sekolah atau asrama,  karya yang telah sekian ratus tahun digelutinya. Meski semua karya di Belanda tidak ada lagi   tetapi “roh perhatian kepada  kaum muda”  selalu muncul; tidak putus dan tetap hidup. Selain  tercantum secara jelas  dalam naskah-naskah  seperti pada Anggaran Dasar Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder (naskah disusun  oleh Br. Gabriel RT MTB, Br. Bram H MTB dan Br. Petrus MTB; seperti tercantum dalam lembar berita ) yang disahkan oleh Direktorat Jendral Administrasi Hukum Umum pada tanggal 08/7 – 2008 N0. 55, pada bagian mukadimah.   Dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat pembinaan, pendampingan atau pemberdayaan masyarakat gereja, kata  “kaum muda” disebut-sebut  dalam suatu diskusi; misalnya saja pada  pertemuan Panitia   APP Regio Kalimantan 2019, tanggal 23 Oktober 2018’ di kantor PSE KA. Pontianak, br. Krispinus, MTB; Ketua PSE KA. Pontianak,  mengemukakan bahwa “Wajah Gereja dapat disaksikan pada siswa – siswi  Sekolah Katolik,  mereka adalah ‘kaum muda’  sebagai   wajah  Gereja masa depan”.

Guru dan Pendidik.

 Akhir tahun 1800 an dan awal tahun 1900 an,  para bruder yang berkarya di sekolah formal mendapat nama harum sebagai “guru dan pendidik”, ini disebabkan banyak bruder yang belajar di  Sekolah Guru (Normaalschool dan Kweekschool) milik kongregasi dan menghasilkan banyak bruder-guru muda dan mendapat tugas   mengajar di banyak SD, SMP dan Sekolah Luar-biasa  ( Rob Wolf, Huijbergen dan ujung-ujung dunia, 2004: 21).

Di Indonesia pada awal kehadirannya para bruder yang datang sebagai misionaris juga  berusaha  mencerdaskan kaum muda  melalui pendidikan formal. Sebut saja beberapa bruder pendahulu yang setia menekuni tugasnya sebagai guru atau Kepala Sekolah. Tahun 1937 Br. Bruno dan  para bruder lainnya mengelola Sekolah Dagang (Handelschool). Sebelumnya pada tahun 1934 Br. Canisius mendirikan sekolah Hoy Sen (Bintang Laut) di daerah Siantan. Sekolah itu sekarang dikenal dengan nama SD Bruder Kanisius.  Tahun 1951/1952 Br. Emmanuel Compiet mendapat ijin mendirikan Sekolah Menengah Umum (SMU) di Pontianak,  dan Br. Libertus menjadi Kepala Sekolah, bruder lain; Br. Emmanuel, Br. Bertrandus dan Br. Ansfridus menjadi guru di sekolah itu. Empat belas bulan kemudian sekolah ini diambil alih oleh pemerintah dan saat ini sebagai  SMA Negeri I, di Pontianak.

Meskipun sekolah yang pernah dirintis oleh bruder-bruder pendahulu pengelolaannya telah diambil oleh pemerintah, namun melihat bahwa masih banyak tamatan   SMP yang tidak mendapat tempat untuk melanjutkan pendidikannya di SMU,  Br. Bernulfus Bosman MTB  dan Br. Bruno MTB merasa prihatin dan  tergerak hatinya untuk tetap  membantu mereka memperoleh pendidikan ke jenjang sekolah  yang lebih tinggi.  Kehendak  untuk mendirikan SMU baru  mereka pikirkan kembali. Setelah mampu melalui berbagai rintangan akhirnya pada tgl. 1 September 1963, berkat dukungan dan kerjasama dengan tokoh-tokoh di Pontianak antara lain Dr. Gandawijaya berhasil mendirikan SMU, saat ini sebagai SMA Sto. Paulus Pontianak dengan  Br. Bernulfus Bosman Kepala Sekolah.

Perhatian kepada kaum muda juga dilakukan oleh para bruder di luar jam sekolah seperti kelompok koor, music harmoni dan kepramukaan. Br. Longinus dan Br. Valentinus Moonen tercatat sebagai Pembina atau pendiri kelompok musik harmoni yang terkenal di Pontianak pada jaman itu; tahun 1934.

Menjawab Kebutuhan Zaman.

 Membaca perjalanan karya para bruder MTB di Belanda dari awal berdirinya pada th. 1854 sampai awal tahun 2000 an sepertinya  sia-sia; dalam arti bahwa awalnya menunjukkan grafik berkembang, dan kemudian terasa tiba-tiba hilang, timbul perasaan sedih dan  kecewa; terutama  oleh para bruder yang langsung terlibat di dalamnya. Rob Wolf (2004:137) dalam buku ‘Huijbergen dan ujung-ujung Dunia’ mengungkapkannya dengan kalimat:”Teringat saat-saat suka dan duka. Kongregasi kehilangan sebagian dirinya” atau pada kalimat lain :”… maju selangkah lagi mendekati akhirnya. … merekahlah sakitnya hidup tanpa generasi penerus”

Walaupun demikian semangat mereka tetap kuat sampai akhir, jauh dari pikiran “mengapa susah-susah, toh nanti akan tutup”.

Beberapa  sekolah atau asrama  yang didirikan atau dikelola oleh para bruder di Singkawang, Pontianak dan  di Banjarmasin pada awal kedatangannya;  diperuntukkan bagi mereka yang miskin. Misalnya Sekolah Hoy Sen dan Sekolah St. Mikael  di Pontianak, Sekolah Fang Tsi di Singkawang, atau menyediakan tempat di asrama bagi anak miskin; yang disebutnya sebagai ‘anak-anak misi’.

Semangat dan perhatian kepada kaum muda dan kepada mereka yang miskin masih tetap dilanjutkan  oleh Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder  (YPSB)  sampai saat ini, antara lain menerima  siswa – siswi tanpa pilih kasih; kaya atau miskin, bahkan menerima siswa yang berkebutuhan khusus. Dalam perjalanan waktu yayasan memberikan berbagai bentuk  bantuan, antara lain pengurangan biaya sekolah atau bagi siswa – siswi  yang sungguh memerlukan dibebaskan dari biaya sekolah. Lebih dari itu semua bahwa semua personil yang terlibat dalam karya pendidikan diarahkan untuk mampu berkomunikasi dengan mereka yang datang; baik orang tua – wali siswa dengan mengedepankan komunikasi hati dan ramah. Inilah kebutuhan zaman, sehingga YPSB perlu membuka mata dan hati untuk menjawabnya.

Semangat dan Keutamaan Bruder MTB.

 Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder (YPSB) didirikan pada hari Senin, 10 Oktober 1966. ( Akta Notaris Mochamad Damiri No. 10 tahun 1966 ) oleh Kongregasi,  dalam hal ini diwakili oleh Yayasan Pembinaan Jasmani dan Rohani yang saat itu menangani pendidikan formal.

Secara garis besar YPSB menangani pendidikan formal, pendidikan  non formal dan pendidikan lingkungan. Dalam pendidikan formal YPSB  saat ini mengelola sekolah formal  sebanyak 18 (delapan belas) unit. TK (Taman Kanak-Kanak/PAUD  7 (tujuh) unit, SD (Sekolah Dasar) 6 (enam) unit, SMP (Sekolah Menengah Pertama) 3 (tiga) unit dan SMA (Sekolah Menengah Atas)  2 (dua) unit). Sekolah-sekolah itu berada di Pontianak, Singkawang dan Putussibau, dengan jumlah siswa tujuh ribuan. Tenaga Pendidik dan tenaga Kependidikan sejumlah empat ratusan.

Para bruder yang bekerja di bidang pendidikan formal dan non formal (sekolah dan asrama) berusaha untuk mendalami semangat dan keutamaan bruder MTB, dengan maksud agar menjadi jelas apa  “roh” yang harus dihidupi di sekolah, asrama atau karya-karya kongregasi lainnya. Upaya itu ditindak lanjuti dengan pertemuan para bruder yang bekerja di sekolah formal, asrama dan di pengembangan lingkungan, pada tanggal 22 dan 23 April 2017 di Sepakat Pontianak. Br. Petrus H, MTB  mendampingi peserta pertemuan. Para peserta pertemuan   berusaha mempertegas kembali (karena  sejak awal telah dihayati/dihidupi  oleh para pendahulu) semangat keutamaan bruder MTB dari AD Ordo III,  Konstitusi, semangat pendiri (sejarah bruder MTB, riwayat Mgr. Van Hooydonk, riwayat Rm.  Adrianus Nelen, riwayat para pendahulu), latar belakang masyarakat dan gereja, ajaran Gereja tentang hidup bakti – Kanon 577 dan sifat khas tarekat – Kanon 578. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa ada 4 (empat) nilai utama sebagai “semangat dan keutamaan Bruder MTB”, yaitu :

  1. Simpliciter – melayani, belarasa, kerendahan hati, keramahan, anti kekerasan.
  2. Confidenter – bersandar pada iman akan Allah, rasa hormat terhadap tata ciptaan, transformasi diri, estetika.
  3. Competency – tangguh, kreatif, jujur, bertanggung jawab, menjunjung kebenaran/logika.
  4. Community – persaudaraan egaliter, relasional, komunikatif, universal, etika/kebaikan.

Keterangan: point 1 dan 2 tercantum dalam logo kongregasi.

Selanjutnya tim kecil sebagai tim revisi visi/misi yayasan (Br. Petrus H, MTB,  Br. Dionisius, MTB,  Br. Theofanus,MTB,  Br. Vianney, MTB dan Br. Bernardinus, MTB) dalam beberapa kali pertemuan  menyepakati bahwa 4 (empat) nilai dasar  tersebut  menjadi nilai yang akan dikembangkan menjadi  :”Pedoman  Pendidikan Karakter  Berdasarkan Nilai-Nilai Spiritualitas Kongregasi Bruder MTB”

Inti sari pergulatan hidup para bruder sejak awal sampai saat ini pada dasarnya adalah meneladani semangat hamba Bunda Maria serta sikap  Kesederhanaan (Simpliciter)  dan Kepercayaan (Konfidenter) dari Sto. Fransiskus Asisi.

Visi – Misi Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder.

Visi – Misi Yayasan pendidikan Sekolah Bruder di bawah ini disetujui dan disahkan oleh Kapitel Bruder MTB Propinsi  Indonesia tahun 2017.

Visi :

Komunitas pendidikan Katolik yang dijiwai semangat bruder MTB (Simplisiter, Confidenter, Competency, Community), setia menumbuhkembangkan kaum muda, yang miskin, lemah  dan tersingkir dengan memberi pendampingan agar menjadi pribadi utuh dan bermartabat.

Misi:

  1. Melaksanakan pendidikan yang berorientasi pada pembangunan karakter bangsa yang sesuai dengan amanat pembukaan UUD 1945 dan Pancasila. (Wawasan Kebangsaan)
  2. Mendukung dan melaksanakan pendidikan Gereja Katolik dengan semangat dan seturut arah kebijakan Tarekat Bruder MTB. (Gereja dan Tarekat MTB).
  3. Membangun kerjasama dengan pihak yang bertanggung jawab atas pendidikan Gereja, pemerintah, masyarakat maupun lembaga yang terkait. (Jejaring).
  4. Membangun komunitas dan memberdayakan kaum muda, miskin dan tersingkir dan mengusahakan sarana prasarana yang memadai dengan perkembangan dan tuntutan jaman (gedung dan sarana/prasarana).
  5. Dalam suasana kertebukaan bermusyawarah dan saling menghormati mengupayakan peningkatan tata kelola komunitas pendidikan dan lingkungannya agar proses pendidikan dan pendampingan dapat berjalan tertib, disiplin, konsisten dan berkualitas. (Profesional – Manajemen).
  6. Mengupayakan agar keutamaan yang diyakini Tarekat Bruder MTB berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, baik rohani dan jasmani.
  7. Mendorong komunitas-komunitas pendidikan untuk peduli akan sampah dan melestarikan lingkungan sekitar, serta menolak segala bentuk kekerasan dan pelecehan.

Logo Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder (YPSB)

Logo ini dirancang oleh Br. Bonaventura MTB untuk  mengungkapkan nilai – nilai keutamaan dan semangat  bruder MTB yang  ingin dihidupi dalam karya – karya   yang dikelola oleh yayasan PSB.

Logo ini tertera di pojok kanan atas Surat – surat resmi dari YPSB sejak tahun ajaran 2013/2014.

Secara umum logo di atas  diartikan sebagai berikut:  “Dengan bimbingan Roh Allah (burung merpati) kita para saudara (Tau) berusaha membangun ikatan  persaudaraan sejati (rantai) dengan cara mau dan  berani berbagi – karunia – untuk keselamatan dan kesejahteraan bersama (Hosti dipecah).

Demikian semoga kita semua yang terlibat baik langsung maupun yang tidak langsung, sebagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder dalam karya dan tugasnya  yang sedang dihadapi/digeluti  terarah kepada  tujuan-tujuan mulia, semata – mata demi Kemuliaan Allah  yang setiap kali memang harus selalu ada pembaharuan, sebagaimana dialami oleh para bruder pendahulu yang jatuh bangun dalam menapaki panggilan hidup dan karya-karyanya.

Pontianak, 16 Januari 2021.

Br. B. Sukasta, MTB.

You May Also Like