Ekopedagogi – Gerakan Bersama Demi Ibu Bumi

Estimated read time 3 min read

(Ringkasan Singkat Webinar ; Ekopedagogi Gerakan Bersama Demi Ibu Bumi oleh Vinsensius Darmin Mbula, OFM)

20 Juni 2021

Salah satu dimensi yang berperan penting dalam upaya menjawab krisis ekologi adalah pendidikan. Karena itu, upaya memikirkan model pendidikan ekologi yang pas dan menjawab krisis terus-menerus dilakukan oleh berbagai pihak yang peduli. Tulisan ini secara khusus mengupas soal ekopedagogi, sebuah gerakan yang lahir dari konteks di Amerika Latin dan Amerika Tengah.

Gerakan yang kuat dipengaruhi oleh pedagogi kritis Paulo Freire ini telah menjadi salah satu gerakan penting dalam upaya melibatkan semua pihak untuk bersama-sama tidak hanya mempelajari krisis lingkungan yang terjadi, tetapi juga bagaimana memperluas horizon pemahaman dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain, lalu mengambil langkah konkret demi perubahan.

Pedagogi Pembebasan

Merujuk pada Paulo Freire yang terkenal dengan metode literasinya.

Metode literasi kritis: menentukan sebuah topik penelitian; menentukan tema; dan menemukan pokok-pokok permasalahan.

Guru dan siswa bersama-sama mencari topik dalam kosa kata universal di mana mereka hidup; kata-kata dan tema-tema ditemukan dari biografi mereka. Dalam menentukan tema atau tematisasi, guru dan siswa mengkategorisasi isu-isu itu, mencari signifikasinya dan menyadari dunia di mana mereka hiidup. Sementara pada tahap menemukan pokok-pokok permasalahan, mereka menerapkan pengetahuan yang telah mereka temukan melalui dialog ke dalam situasi kehidupan mereka sendiri untuk mengambil tindakan nyata demi mengubah masyarakat.

Ekopedagogi

Ekopedagogi (ecopedagogy) berasal dari dua kata kata, yaitu ekologi (ecology) yang mengandung arti ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya, dan pedagogi (pedagogy) yang berarti ilmu pendidikan, baik secara teoretis maupun praksis yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis.

Ekopedagogi merupakan sebuah pendekatan untuk membangun kesadaran ekologi, berdasarkan refleksi kritis atas kondisi kehidupan yang yang tidak sesuai dengan harapan, guna membangun masa depan kehidupan yang lebih baik.

Pendidikan Berbasis Ekopedagogi

Pembelajaran dikembangkan tidak berdasarkan pada orientasi pencapaian domain kognitif semata, melainkan harus mencakup multidomain yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pembelajaran berbasis ekopedagogik menekankan pada pengembangan materi yang tidak hanya terbatas pada sesuatu yang bersifat tekstual, melainkan perlu dikembangkan melalui pendekatan kontekstual. Artinya pembelajaran secara esensial harus dikembangkan dengan menggunakan sumber dan media yang berada dalam konteks kehidupan peserta didik, agar peserta didik mampu mengosntruksi pengetahuan secara bermakna.

Pembelajaran harus berorientasi pada keaktifan dan keterlibatan peserta didik dalam memecahkan permasalahan secara kooperatif maupun kolaboratif. Adapun tujuannya ialah mengembangkan keterampilan berpikir kritis peserta didik untuk menganalisis berbagai permasalahan dalam kehidupan mereka dan mampu mengambil solusi atas permasalahan tersebut secara bijaksana serta mengembangkan karakter mereka.

Pembelajaran harus berbasis pada pendekatan interdisipliner dalam rangka memperkaya pengetahuan dan pemahaman peserta didik secara komprehensif.

Pembelajaran membantu peserta didik memahami situasi, pandangan dan kebutuhan orang-orang yang tinggal di tempat lain atau milik generasi yang lain (berikutnya).

Pembelajaran mempersiapkan siswa beradaptasi dari dampak perubahan iklim dan memberdayakan mereka untuk mengatasi penyebabnya.

Pembelajaran melengkapi siswa dengan keterampilan untuk ramah lingkungan guna membantu melestaikan atau mengembalikan kualitas lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial.

Contoh Ekopedagogi dalam Pendidikan Karaker

Membahas tentang nilai-nilai yang perlu dihidupi oleh peserta didik.

Namun, yang dibahas tidak hanya soal mengapa nilai itu penting untuk dihidupi, tetapi juga mengajak mereka untuk mengenali konteks kehidupan mereka, di mana muncul berbagai praktek yang bertentangan dengan nilai itu.

Dari situ mereka kemudian diminta untuk merefleksikannya, mengaitkan masalah itu dengan konteks yang lebih luas, lalu kemudian menemukan bentuk-bentuk aksi konkret yang bisa mereka lakukan dalam konteks upaya menghidupi nilai-nilai itu, lewat indikator-indikator yang sesuai dengan jenjang pendidikan peserta didik.

Lewat model penguatan pendidikan karakter itu, peserta didik diajak untuk menyelami dan mengkritisi fenomena di sekeliling mereka, hingga sampai pada aksi.

You May Also Like

More From Author