HATI YANG MENYAPA
(Makna home visit masa pandemic covid-19)
Oleh Br. Theofanus Kondidus Lajim, MTB.
SMP Bruder Singkawang adalah sekolah swasta Katolik yang ada di kota Singkawang, tepatnya di Jalan Diponegoro Nomor 4 Singkawang. Sekolah ini mayoritas muridnya adalah beretnis Tionghua hanya sedikit yang beretnis lain seperti Dayak, Melayu dan Batak. Bagi anak-anak daerah yang memiliki keinginan mengenyam Pendidikan di Kota Singkawang, juga tersedia asrama yang putra disediakan asrama putra santa Maria yang dikelola langsung oleh para Bruder MTB, sedangkan yang putri tinggal di asrama putri Santa Maria Goreti Singkawang yang di Kelola oleh Suster-suster SFIC. Siswa yang tinggal di asrama berasal dari kabupaten Sambas, Bengkayang, Landak, Sanggau, Sintang, Sekadau dan Kapuas Hulu.
Pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan saat ini sangat membosankan bagi guru, siswa dan orang tua. Berbagai kendala banyak dihadapi entah itu dari fasilitas, karakter, ekonomi, dan waktu untuk mendampingi. Bagi orang tua tentu menjadi tugas tambahan untuk mendampingi anak selama pembelajaran dirumah selain mereka juga harus bekerja untuk kebutuhan rumah tangga. Bagi guru kompetensi yang diharapkan tidak tercapai selain karena keterbatasan waktu, juga hasil yang diharapkan tidak sesuai terlebih dalam pembentukan karakter. Bagi anak-anak sendiri pembelajaran online tentu membosankan, mereka malas untuk mengikuti video conferency dan mengerjakan tugas di saluran tugas.
Gambar 1. Pak Dilo Bersama Siswa dan orangtuanya di Ledo (Bengkayang)
Memasuki minggu ke 4 semester genap tahun ajaran 2020/2021, sekolah berinisiatif untuk mengunjungi siswa-siswi asrama yang tinggalnya di luar kota Singkawang. Untuk siswa yang berada dalam kota kegiatan home visit (kunjungan rumah) sering dilakukan Ketika siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Guru yang terlibat dalam home visit terdiri dari wali kelas, wakil kepala sekolah urusan kesiswaan dan guru bimbingan dan konseling (BK). Home visit rutin dilakukan, sebagai bentuk kepedulian sekolah kepada siswa dan orang tua di tengah pandemic covid-19 ini.
Misi ke luar Kota
Liburan imlek 2021 dimanfaatkan oleh guru mengunjungi siswa yang berada di luar kota Singkawang. Pukul 05.00 pagi, Pak Dilo dan Pak Asis dengan mengendarai sepeda motor untuk mengunjungi siswa yang tidak aktif selama PJJ. Wilayah yang di tuju adalah Kabupaten Bengkayang yaitu Kecamatan Monterado, Samalantan, Bengkayang, Lumar dan Ledo. Sementara Pak Heru dan pak Oktavianus dengan mengendari sepeda motor juga bergerak menuju ke wilayah kabupaten Landak yaitu kecamatan Mandor, Sadaniang, Karangan dan Menjalin. Hal pertama yang ditanyakan Ketika bertemu dengan orang tua adalah apa yang menjadi kendala sehingga tidak aktif dalam PJJ ini. Jawaban dari orang tua dan anak adalah masalah jaringan internet yang tidak lancar bahkan tidak ada, kalaupun ada mereka harus keluar dari kampung untuk mencari sinyal. selain sinyal mereka juga sibuk bekerja di kebun, ladang sehingga tidak sempat untuk setiap hari mengantar anaknya ke tempat yang ada sinyal.
Gambar 2. Pak Heru Bersama siswa dan orangtuanya di Karangan (Landak)
Orang tua sangat terharu sampai meneteskan air mata melihat anaknya dikunjungi oleh gurunya yang dengan susah payah datang jauh dari Singkawang. Mereka tidak menyangka bahwa anak mereka akan dikunjungi oleh pihak sekolah, ditengah situasi sulit seperti saat ini. Orang tua sudah hamper kehabisan akal untuk memikirkan bagaimana cara agar anaknya tetap sekolah di kota Singkawang. Bahkan ada orang tua yang ingin memindahkan anaknya ke SMP Negeri yang ada di kampungnya dan merasa mungkin dengan mindahkan anaknya beban belajarnya bisa diatasi serta untuk putus sekolah bisa diatasi.
Tawaran Masuk Asrama
Sebelum melakukan home visit team guru telah melakukan pertemuan dengan pihak asrama putra. Pihak asrama juga merasa bertanggungjawab terhadap kelangsungan Pendidikan anak-anak asrama yang untuk sementara harus belajar dari rumah mengikuti anjuran pemerintah. Siswa yang dikunjungi tersebut juga merupakan penghuni asrama yang terdaftar. Jadi misi team home visit ke luar kota membawa yaitu mengetahui permasalahan ketidakativan siswa dalam PJJ dan memberi tawaran kepada orang tua untuk mengijinkan anaknya tinggal di asrama dengan syarat-syarat yang disepakati antara pihak asrama, sekolah dan orang tua.
Respons orang tua sangat positif Ketika ada tawaran untuk Kembali ke asrama bahkan mereka sudah tidak sabar lagi untuk masuk asrama. melihat antusias orang tua untuk menyekolahkan anaknya tersebut membuat pihak sekolah juga semakin semangat. Semangat karena selama ini yang menjadi kendala adalah siswa yang berasal dari daerah jarang mengikuti video conferenci dan mengerjakan tugas di saluran tugas, harapannya mereka akan lebih aktif dalam pembelajaran online.
Selalu Memberi Arti
Di masa pandemi seperti sekarang ini, kita tidak bisa menyerahkan semua urusan pendidikan kita ke tangan teknologi. Pada akhirnya, tetap perlu ada interaksi tatap muka yang hangat, penuh simpati dan empati, antara guru dengan siswa. Kita sadar betul betapa sulitnya mendidik di masa pandemic covid-19, namun sedapat mungkin apa yang kita berikan kepada siswa menjadi bearti demi perkembangan mereka di kemudian hari. Teknologi membantu kita dalam proses pembelajaran kita, namun kita juga harus ingat karakter siswa juga harus terbentuk. Bagaimana mereka bisa bertanggungjawab akan apa yang mereka lakukan, disiplin dalam mengatur waktu, mencintai bangsa dan negaranya, menjadi jujur, selalu hormat kepada orang yang lebih tua dari segi usia.
Seorang guru harus membawa energi positif saat menghadapi siswanya meski masalah yang dihadapi saat pandemi ini begitu banyak, guru-guru tidak diperbolehkan untuk membawa emosi negatif saat mengajar. Mengingat, siswa-siswi kita memiliki sensitivitas yang tinggi atas emosi yang ada di sekelilingnya. Pendekatan yang menyapa sangat bearti bagi siswa dan juga orang tua siswa, karena lewat sapaan mereka merasa diperhatikan. Setiap orang pasti punya masalah, namun saat berhadapan dengan siswa kita harus sadar yang dihadapi ini adalah jiwa yang baru. Jiwa baru yang dimaksud adalah, perubahan pola tingkah laku (karakter) dalam ruang yang terbatas. Usahakan mengajar dengan energi positif, sehingga berdampak baik bagi guru dan anak didik.
Ketika telah berkomitmen dan menerima panggilan hati untuk menjadi seorang guru, kita akan berupaya untuk mengubah diri menjadi sosok yang penyayang, penyabar, jenaka, dan selalu gembira. Kita rela meluangkan waktu untuk menyapa siswa kita yang tidak aktif dalam PJJ dengan mengunjungi mereka. Kehadiran sosok guru yang peduli tentu dirindukan oleh siswa-siswi kita, karena sosok tersebut tidak mereka temukan di rumah ataupun dari teknologi yang ada. Semoga kita semakin menjadi guru yang peduli dan punya hati kepada siswa-siswi kita.